Minggu, 08 Januari 2012

TUGAS RESUME HUMAS








TUGAS RESUME HUMAS
“DASAR-DASAR HUBUNGAN MASYARAKAT”



Disusun oleh :

Arum Astriasih             (098554321)
Agnes Dwi Kurnia        (098554308)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
PRODI ADMINISTRASI PERKANTORAN
2011

PENDAHULUAN

Hubungan masyarakat (humas) yang kadang kali disebut public relation (purels) sudah tidak asing lagi bagi kita. Setidak nya bila anda sering membaca majalah atau surat kabar, mendengarkan pembicaraan sekitar apalagi bila anda sering bergaulan dengan peminat, pemerhati, penekun dan pelaku humas itu sendiri. Humas dalam catatan penulis telah menjadi ”trend” manajemen modern, dengan berbagai istilahnya. Hal ini bisa dilihat dari dibentuknya “bagian” atau “devisi” humas dalam banyak perusahaan, profit maupun non profit. Trend humas juga hadir dalam “alternative”profesi yang dipilih oleh para professional lain dan selebritis.
 Humas masih dalam catatan penulis (pernah melakukan riset kecil untuk inipen) juga berkembang dengan analogi yang beragam, tergantung bagaimana orang mempersepsinya. Suatu ketika penulis pernah menelpon pemasang iklan yang mencari humas untuk lembaga pendidikan. Penulis bertanya pada pimpinan lembaga apa pekerjaan humas itu nantinya. Ternyata pimpinan lembaga mendeskripsikan tugas humas sebagai fungsi sales, yakni mencari mahasiswa baru dan nanti humas akan mendapat feef sekian sekian persen dari mahasiswa yang diperolahnya.  
Samapai saat ini humas juga dipersepsi sebagai”dunianya” perempuan cantik, glamour, menor, menarik, dan dunia pria necis, sedikit luwes, wangi, mereka berdua memiliki relasi yang luas. Dan, dengan modal tersebut menjadi seseorang humas sepertinya mudah bagi siapa saja. Apa sebenarnya humas? Buku ini mencoba mencari titik temu9benang merah) dari sekian buku, seminar, diskusi dan hasil penelitian tentang humas.

APA ITU HUMAS ?
Sebagian orang memahami humas sebagai sebuah aktivitas, sebagian yang lain memahaminya sebagai sebuah profesi. Mungkin ada juga pemahaman lain, missal humas sebagai sebuah divisi/bagian/departemen. Semuanya tidak salah.
1.      Humas Sebagai Sebuah Aktivitas
Humas merupakan sebuah aktivitas komunikasi dua arah dengan public(perusahaan/organisasi), yang bertujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, saling percaya, dan saling membantu/kerja sama. Pemahaman pertama(humas) sebagai aktivitas akan banyak membahas tentang pentingnya (aktivitas) humas bagi sebuah perusahaan/organisasi kemudian selain memiliki tujuan seperti disebut diatas, pada akhirnya akan dihubungkan dengan tercapainya citra positif perusahaan. Sabagai sebuah aktivitas, humas dianalogikan dengan soft selling dalam dunia pemasaran, dianalogikan dengan human relation dalam dunia personalia, dan dianalogikan dengan propaganda/pubisitas dalam dunia politik, dan sebagainya.
Pengertian humas tidak hanya sekedar aktivitas komunikasi yang memiliki tujuan. Namun untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, humas memiliki metode-metode strategi dan formula-formula yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang terlatih secara filosofis, konsep, maupun teknis. Dengan demikian kerja humas tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Tidak pula di”nebeng” kan dalam kerja bagian-bagian yang lain. Anggapan awam seperti disebutkan diatas, lebih tepat dikatakan sebagai sikap humas. Bahwa sikap humas yang komunikatif sudah seharusnya dilakukan oleh semua orang. Namun, sekali lagi hanya orang-orang tertentu yang dapat melakukan kerja humas.

2.      Humas Sebagai Sebuah Promosi
Humas merupakan “lapangan pekerjaan” selayaknya profesi wartawan, manajer, direktur, surveyor, salesman/salesgirl,pramuniaga, dan sebagainya. Sebagai profesi atau lapangan pekerjaan, humas dianalogikan dengan keterampilan berkomunikasi, keterampilan tampil diri, keterampilan menulis, keterampilan menarik perhatian. Hal tersebut juga tidak salah, sebab seorang humas (professional humas) memang sangat dekat dengan jenis-jenis pekerjaan yang berkaitan dengan komunikasi, baik komunikasi lisan maupun tulis. Komunikasi lisan berkaitan dengan usaha meyakinkan dan membujuk orang lain, presentasi ide/produk, retorika untuk negoisasi, lobby dan relationship lainnya. Komunikasi tulis diantaranya untuk bahan publikasi, publisitas(pers), bahan presentasi, company profile , dan sebagainya.

3.      Humas Sebagai Sebuah Divisi/Bagian/Departemen(State Of Being)
Dalam hal ini yang dimaksud adalah humas sebagai bagian dari tim”pengelola”organisasi/perusahaan, selayaknya ada bagian keuangan, personalia, pemasaran, dan sebagainya.
Sebagai divisi, humas dianalogikan sebagai corong perusahaan, pusat informasi ke luar dan ke dalam (“menangani “wartawan/pers, mengelola, menjelajah perusahaan, menerima/menangani pengaduan masyarakat dan karyawan, mendokumentasikan kegiatan-kegiatan perusahaan) kepanjangan tangan pimpinan perusahaan dalam hal komunikasi, dan sebagainya. Divisi humas secara logika harus jelas pengorganisasiannya. Pengorganisasian berarti bicara tentang struktur organisasi, job description, tanggung jawab dan wewenangnya serta sistem kerjanya.
Ada banyak macam struktur organisasi divisi humas. Mulai dari tingkatan strukturnya di perusahaan, jumlah jabatan, dan personalia yang ada. Dari tingkatan strukturnya di dalam struktur perusahaan, divisi humas ada yang berada di level menengah, atas, maupun bawah(lower). Struktur idealnya bila dihubungkan dengan tujuan dan fungsi tentu saja berada di top level.  Dengan demikian divisi humas dikepalai oleh Direktur Humas dengan beberapa manajer, kepala bagian, dan staf. Ditingkat middle level, divisi humas dikepalai oleh seorang manajer dengan beberapa kepala bagian dan staf. Begitu seterusnya, namun ada pula divisi humas yang hanya diisi oleh kepala Humas dan dua atau tiga staf. Struktur organisasi tersebut akan dicerminkan dengan job description masing-masing jabatan yang ada dalam struktur.
BAB 1
DEFINISI HUMAS
A.    DEFINISI HUMAS                      
 The international public relations association (IPPRA) sebuah organisasi profesi di tingkat internasional, member definisi sebagai berikut:
PR is a management function, of a continuing and planned character, through which public and private organizations and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy and support of those with whom they are or my be concerned-by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as for as possible, their own policies and producers, to achieves by planned and widespread information more productive cooperation and more efficient fulfillment of their common interests.

B.     KARAKTERISTIK HUBUNGAN MASYARAKAT    
Mencermati definisi humas pada pembahasan sebelumnya, kita dapat menguraikan bahwa ada 4 ciri utama humas yang disebut sebagai karakteritik humas. Melalui karakteristik inilah kita dapat manila apakah suatu aktivitas komunikasi dapat dikatakan humas atau bukan.
1.      Adanya Upaya Komunikasi Yang Bersifat Dua Arah
Hakikat humas adalah komunikasi. Namun tidak semua komunikasi dapat dikatakan humas. Komunikasi yang menjadi ciri kehumasan adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan terjdinya arus informasi timbale balik.
Komunikasi timbale balik dalam praktik kehumasan bukan berarti komunikasi yang harus bersifat langsung, melainkan bersifat tertunda (delayed). Oleh karena itu setiap upaya yang memungkinkan terjadinya arus timbale balik dapat disebut sebagai komunikasi kehumasan.

2.      Sifatnya Yang Terencana
      Humas adalah suatu kerja manajemen atau fungsi manajemen. Oleh karena itu, kerja humas haruslah menerapkan prinsip-prinsip manejemen, supaya hasil kerjanya dapat diukur.
Humas dianggap mampu sebagai “tukang sihir” yang dapat seketika membuat hitam menjadi putih. Padahal humas tidak beda dengan fungsi manajemen yang lain, yang memerlukan fact finding, perencanaan, pengorganisasian, aksi dan evaluasi. Artinya aktivitas humas perlu direncanakan, dirumuskan tujuannya, dan ditentukan ukuran keberhasilannya.
Sifat humas terencana akhirnya mengandung pengertian bahwa kerja/aktivitas humas merupakan kerja/aktivitas yang berkesinambungan, memiliki metode, terintegrasi dengan bagian lain dan hasilnya tangible (nyata). Syarat terencana dan berkesinambungan ini merupakan salah satu syarat yang dinilai dalam kompetisi tertinggi program PR internasional, yakni Golden World Award foe excellence in PR(GWA) yang diselenggrakan IPRA.

3.      Berorientasi Pada Organisasi/Lembaga
      Bila humas merupakan aktivitas komunikasi dua arah yang terencana(memiliki metode), maka pertanyaan selanjutnya adalah apa yang dikomunikasikannya? Kerja yang dianggap identik dan berdekatan dengan humas adalah marketing. Akan tetapi tidak jarang rancu antara kerja marketing dan humas. Seolah terjadi overlape karena hakikatnya marketing dan humas sama-sama sebagai aktivitas komunikasi. Namun, kalau dicermati kedua bidang tersebut sebenarnya berbeda orientasi. Bila marketing berorientasi pada produk (output) untuk mencapai tingkat sales (penjualan) yang tinggi, maka humas berorientasi pada organisasi/lembaga (penghasil produk untuk mencapai penegertian, kepercayaan dan dukungan public. Bila tujuan marketing adalah orang yang memebeli produk, maka dengan humas masih dipertanyakan, apakah orang yang membeli produk tersebut berarti men-cintainya? Mencintai perusahaan yang memproduksikannya. Dengan mencermati orientasi tersebut, maka syarat mutlak dalam kerja humas adalah pemahaman  yang tinggi terhadap visi, misi, dan budaya organisasi/lembaga.
4.      Sasarannya Adalah Publik
Sasaran humas adalah public, yakni suatu kelompok dalam masyarakat yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama. Jadi, sasaran humas bukanlah perorangan. Hal ini perlu disampaikan sebab masih ada orang yang mengistilahkan PR sebagai personal relations. Terjemahan public relations menjadi hubungan masyarakat juga harus dibedakan dengan penegrtian masyarakat sebagai “society”. Cara termudah untuk membedakannya adalah terletak pada adanya “inetrest”.
Dalam praktik public ini dikelompokkan menjadi dua, yakni public internal dan public eksternal. Public internal meliputi public karyawan, yakni mereka yang bekerja dalam organisasi. Public eksternal misalnya komunitas local (tetangga) yang memiliki karakteristik kepentingan, rasa aman, rasa bangga dsb.
Menentukan siapa yang menjadi public memang tidak mudah. Namun, dapat dimulai dengan pertanyaan sebagai berikut :
a.       Siapa yang hidupnya tergantung dengan organisasi/lembaga?
b.      Siapa yang diuntungkan dan dirugikan dengan adanya organisasi/lembaga ini?
c.       Siapa yang berkomunikasi dengan organisasi/lembaga ini?
d.      Siapa yang diharapkan berkomunikasi dengan organisasi/lembaga ini?
e.       Siapa yang menentukan kehidupan organisasi/lembaga?
f.       Siapa yang dapat menunjang kehidupan organisasi/lembaga?

Dengan menjawab pertanyaan di atas berarti kita sudah bisa menemukan siapa bublik organisasi/lembaga.
BAB 2
KEBERADAAN HUMAS
DALAM ORGANISASI

Pembahasan tentang keberadaan humas akan membecirakan tentang tujuan humas, fungsi hunas, dan kegiatan humas bagi organisasi.

1.      TUJUAN HUMAS
Humas pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan humas dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dan perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya. Bila kita bawa ke dalam tujuan humas adalah terjaga dan terbentuknya kognisi, afeksi, dan perilaku positif public terhadap organisasi/lembaga.
Namun, karena kata “relation” menunjukkan kata kerja aktif, maka harus dilihat tujuan ini berdasarkan kepentingan kedua belah pihak(organisasi dan public). Artinya meskipun humas pada dasarnya “milik” organisasi/lembaga yang membayarnya namun tujuan humas hendaknya dipandang sebagai tujuan yang netral atau bersifat katalisator antara tujuan organisasi/lembaga dengan tujuan public.

1.1   Terpelihara Dan Terbentuknya Saling Pengertian (Aspek Kognisi) 
Saling pengertian dimulai dari saling mengetahui atau mengenal. Ungkapan “tak kenal maka tak saying” pada banyak fenomena memberikan jalan disitulah humas berawal. Jadi aktivitas dan program humas dimulai dari menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a.       Siapa, apa, bagaimana, dimana dan mengapa organisasi (diri) kita?
b.      Sudahkah public mengenal kita?
c.       Apa yang sudah diketahui oleh public tentang kita?
d.      Apa yang seharusnya diketahui public tentang kita?

Pernyataan di atas juga berlaku bagi organisasi/lembaga sebagai berikut:
a.       Apa yang harus diketahui organisasi/lembaga tentang publiknya?
b.      Apa yang sudah diketahui organisasi/lembaga tentang publiknya?
c.       Apa yang diharapkan public terhadap organisasi/lembaga kita?
d.      Siapa, apa, bagaimana, di mana, dan mengapa public kita?
Tujuan humas pada akhirnya adalah membuat public dan organisasi/lembaga saling mengenal.

1.2 Menjaga Dan Membentuk Saling Percaya (Aspek Afeksi)
Untuk mencapai tujuan saling percaya ini, prinsip-prinsip komunikasi persuasive dapat diterapkan.
Saling percaya keberadaannya masih bersifat laten(tersembunyi), yakni ada pada keyakinan seseorang (public) akan “kebaikan/ketulusan” orang lain (organisasi/lembaga) dan juga pada keyakinan organisasi/lembaga, akan kebaikan/ketulusan publiknya.
Kebaikan/ketulusan masing-masing dapat diukur dengan etika moral maupun materiil yang ditanamkan dan ditunjukkan masing-masing. Di sinilah humas menggunakan prinsip-prinsip komunikasi persuasive. Dia mempersuasi public untuk percaya kepada organisasi/lembaga, sebaliknya juga organisasi organisasi/lembaga untuk percaya kepada publiknya.
1.3  Memelihara Dan Menciptakan Kerja Sama (Aspek Psikomotoris)
Tujuan berikutnya adalah dengan komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerja sama nyata. Artinya, bantuan dan kerja sama ini sudah dalam bentuk perilaku atau termanifestasikan dalam bentuk tindakan tertentu.
Dalam contoh hubungan dengan pers (eksternal public relations) aspek psikomotoris dapat dilihat dari usaha humas sebagai wakil organisasi/lembaga untuk senantiasa terbuka terhadap pers yang menginginkan fakta, tidak mempersulit kerja pers dalam mendapat informasi dan menghubungi sumber berita, bahkan bila mungkin humas member ide kepada pers.  Begitu pula kepada organisasi/lembaga humas dapat menampilkan kerja pers yang profeional, memberikan hak jawab dan memberikan hak orang-orang sebagai sumber berita, bahkan bila perlu pers dapat menunjukkan bantuannya dalam menampilkan profil organisasi/lembaga melalui publisitas yang posotif.

2.      FUNGSI HUMAS
Berbicara fungsi berarti berbicara masalah kegunaan humas dalam mencapai tujuan organisasi/lembaga. Beberapa buku tentang public relations member batasan tentang fungsi ini dengan bermacam istilah. Misalnya disebut berfungsi punitive, prefentif, kurativ, dan sebagainya. Namun, dalam buku ini diputuskan untuk tidak membahas perbedaan-perbedaan istilah tersebut.
a.      Fungsi konstruktif
Humas merupakan “garda” terdepan yang dibelakangnya terdiri dari “rombongan” tujuan-tujuan perusahaan. Ada tujuan marketing, tujuan produksi, tujuan personalia, dan sebagainya. Peranan humas dalam hal ini mempersiapkan mental public untuk menerima kebijakan organisasi/lembaga, humas menyiapkan “mental” untuk memahami kepentingan public. Fungsi konstruktif ini mendorong humas memebuat aktivitas ataupun kegiatan-kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. Termasuk disisni bertindak secara preventif(mencegah).

b.      Fungsi korektif
Apabila kita mengibaratkan fungsi konstruktif sebagai “perata jalan” maka fungsi korektif sebagai”pemdam kebakaran”. Yakni apabila api sudah terlanjur menjalar dan membakar organisasi/lembaga, maka peranan yang dapat dimainkan oleh humas adalah memadamkan api tersebut. Artinya apabila sebuah organisasi terjadi masalah-masalah(krisis) dengan public, maka humas harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya masalah tersebut.
Sementara Cutlip and Center mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal-hal berikut :
1.      Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
2.      Menciptakan komunikasi dua arah secara timbale balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada public dan menyalurkan opini public pada perusahaan.
3.      Melayani public dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.
4.      Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan public, baik internal maupun eksternal.

c.       Peranan Petugas Humas
Peranan petugas humas dapat dibedakan menjadi dua, yakni peranan managerial dan peranan teknis. Peranan manajerial dikenal dengan peranan ditingkat messo, dapat diuraikan menjadi 3 peranan yakni expert preciber communication, problem solving procces facilitator, dan communication facilitator.

1.      Expert Preciber Communication
petugas PR dianggap sebagai orang yang ahli. Dia menasihati pimpinan perusahaan/organisasi. Hubungan mereka diibaratkan seperti dokter dan pasien.
2.      Problem Solving Procces Facilitator
yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini petugas humas melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen. Dia menjadi anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.
3.      Communication Facilitator
Peranan petugas humas sebagai fasilitator komunikasi antara perusahaan/organisasi dengan public. Baik dengan public eksternal maupun internal. Istilah yang paling umum adalah sebagai jembatan komunikasi antara public dengan perusahaan.
d.      Tugas Humas
Ada tiga tugas humas dalam organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas.
1.      Menginterprestasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku public, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi/lembaga.
2.      Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepntingan public.
Kepentingan organisasi/lembaga dapat jadi jauh berbeda dengan kepentingan public dan sebaliknya, namun dapat juga kepentingan ini sedikit berbeda bahkan dapat juga kepentingan sama. Dalam kondisi yang manapun tugas humas adalah mempertemukan kepentingan ini menjadi saling dimengerti, dipahami, dihormati, dan dilaksanakan. Bila kepentingan berbeda, maka humas dapat bertugas untuk menghubungkannya.
3.      Mengevaluasi program-program organisas/lembaga, khusunya yang berkaitan dengan public
Tugas mengevaluasi program manajemen ini mensyaratkan kedudukan dan wewenang humas yang tinggi dan luas. Karena tugas ini dapat berarti humas memiliki wewenang untuk member nasihat apakah suatu program sebaiknya diteruskan ataukah ditunda ataukah dihentikan. Di sini humas bertugas untuk senantiasa memonitor semua program.

Sementara Astrid S. Susanto mengutip pendapat Cutlip & Center menyatakan tugas PR perusahaan adalah sebagai berikut :
a.       Mendidik melalui kegiatan nonprofit suatu public untuk menggunakan barang/jasa instansinya.
b.      Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan public.
c.       Meningkatkan penjualan barang/jasa.
d.      Meningkatkan kegiatan perusahannya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.
e.       Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
f.       Mencegah pergeseran penggunaan barang atau jasa yang sejenis dari pesaing perusahaan dan konsumen.

e.       Kegiatan Humas
Kegiatan humas merupakan implementasi dari tugas humas untuk mencapai tujuan humas dan menjalankan fungsi dan peranannya secara meneyeluruh.
Pada hakikatnya kegiatan humas adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam symbol komunikasi, verbal maupun nonverbal. Kegiatan komunikasi verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal, artikel, progress report, menulis untuk presentasi dsb. Sedangkan verbal lisan antara lain jumpa pers, membuat rekomendasi dsb. Komunikasi nonverbal meliputi penyelenggaraan pameran, seminar, special event, riset/penelitian dsb.
Kegiatan komunikasi dapat pula berarti kegiatan dalam proses komunikasi itu sendiri. Meliputi mencari informasi, melalui observasi ke perpustakaan, media seeking dsb. Dari hasil riset ternyata kegiatan terbesar humas adalah menulis, editing, media relations, special event, berbicara, produksi, riset, programming, dan konseling(konsultasi). Sedangkan penggunaan waktu terbesar petugas humas adalah untuk koordinasi, perencanaan, dan negosiasi. Sementara secara awam terlihat bahwa penanganan hubungan dengan pers juga merupakan kegiatan yang paling kontinu dan sering dilakukan oleh petugas humas
BAB 3
ALAT-ALAT HUMAS
Pembahasan
Terlepas dari pemahaman humas dimanfaatkan sebagai”alat” manajemen atau tidak, maka untuk mencapai tujuan-tujuan, tugas-tugas, dan kegiatannya, humas menggunakan alat-alat atau media tertentu. Bila kita melihat perspektif pemasaran, maka ada satu kesimpulan bahwa humas merupakan salah satu tools atau alat bagi pemasaran, terutama dalam paduan promosi.
a.      Iklan
Perbedaan mendasar iklan sebagai alat marketing dan iklan sebagai humas adalah dengan melihat pesan yang diiklankan. Selama pesan iklan berkaitan dengan produk, maka dapat dikatakan saat iklan merupakan media/alat marketing. Namun, ketika iklan membawa pesan yang berkaitan dengan perusahaan, maka saat itu iklan merupakan alat atau media humas. Iklan korporat dapat dikatan sebagai iklan yang tidak secara langsung menampilkan produk, melainkan lebih menampilakan sosok produsennya(Rhenaldi Kasali). Ada 4 jenis iklan korporat yaitu :
1.      Public Relations Advertising
Merupakan iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan menjelaskan tentang suatu hal yang menyangkut pelayanannya. Misalnya, pindah gedung, keterlambatan pelayanan, kecelakaan dsb. Sifat pesannya adalah informative atau sekedar pemberitahuan melalui media massa.

2.      Institutional Advertising
Iklan jenis ini bertujuan untuk memperkuat image dan awereness. Pesan-pesan yang disampaikan cenderung lebih filosofis. Misalnya, tentang kontribusi perusahaan terhadap masyarakat, tentang keberhasilan perusahaan, visi misi perusahaan dsb. Pada saat ini dengan dilarangnya perusahaan rokok beriklan secara lagsung. Akhirnya mereka cenderung membuat iklan institusi. Misalnya, tentang persahabatan, kebudayaan, kesetiakawanan dsb. Selain regular, kemunculan iklan institusional biasanya juga pada momen khusus, misalnya pada ulang tahun perusahaan.

3.      Corporate Identy Advertising
Corporate Identy Advertising, merupakan jenis iklan yang menampilkan beberapa identitas perusahaan yang terdiri dari grafik logo, warna identitas, nama perusahaan, dan desain fisik lainnya. Jenis iklan ini biasanya digunakan bila perusahaan ingin menyampaikan adanya perubahan identitas. Keuntungan iklan ini adalah dapat mempermudah masyarakat mengenal dan mengingat perusahaan. Missal warna oranya mengingatkan pada PT. Pos Indonesia, dsb.

4.      Recruitment Advertising
Iklan lowongan dianggap serius bila memiliki indikasi bentuk ukuran cenderung besar, desain menarik, kata-katanya santun, jujur dengan menampilkan posisi, tugas dan kualifikasi yang dibutuhkan, serta mencantumkan identitas perusahaan. Bentuk, ukuran, desain, penggunaan kata-kata dan kejujuran dalam iklan lowongan pekerjaan menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat untuk menilai reputasi perusahaan. Orang yang berkualitas tidak akan melamar pada perusahaan yang memasang iklan lowongan seadanya.

b.      Pameran
Selain iklan, pameran juga dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan humas. Pameran yang biasanya menampilkan produk-produk perusahaan merupakan media yang dapat member banyak peluang bagi tujuan humas. Namun, melalui pameran pula tujuan humas dapat dirusak.
Kegiatan pameran, baik yang diadakan sendiri maupun oleh organisasi lain, merupakan ajang publikasi yang baik. Pembukaan pameran yang biasanya dengan upacara dan mengundang beberapa pejabat atau tokoh masyarakat akan mengundang kedatangan pers. Di sinilah humas memanfaatkan pameran untuk memperoleh publisitas. Petugas humas melobi pejabat atau tokoh masyarakat yang diminta membuka pameran untuk mengunjungi stand perusahaannya. Hal ini diharapkan pers dapat mengabdikan foto pejabat dengan latar belakang stand pameran kita untuk kemudian ditampilakn dalam media massa. Publisitas dibuat oleh pers dengan syarat-syarat tertentu, yakni kebaruan, manfaat bagi masyarakat, dan spektakuler. Dengan demikian humas dapat merancang beberapa event memenuhi syarat untuk dijadikan berita oleh pers.
Stand dan lokasi pameran dapat didesain menarik dan mengundang pengunjung lebih banyak. Tidak kalah pentingnya adalah pelayanan penjaga stand yang harus sesuai dengan budaya organisasi, ramah, dan komunikatif. Bagian humas dapat juga memanfaatkan pameran untuk menyebarkan sebanyak mungkin publikasi melalui kartu, display, booklet, leaflet tentang perusahaan. Bahkan ada perusahaan-perusahaan klien byoir yang memanfaatkan pameran untuk memperkuat image bukan sekedar untuk”menjual” produk. Sebuah perusahaan dapat saja hanya memutar documenter yang dikemas secara professional dalam suatu arena pameran.
Seperti dikatakan sebalumnya, melalui pameran tujuan humas dapat tercapai. Namun, seperti halnya iklan, pameran juga memiliki implikasi yang buruk bagi kehumasan. Yakni, bila stand pameran yang dibangun tidak mencerminkan wibawa perusahaan, penjaga stand yang tidak mencerminkan budaya organisasi, bahan-bahan pameran yang tidak mencerminkan kualitas produk, dan sebagainya.

c.       Media Internal
Media internal atau dikenal dengan istilah majalah ing-griya, merupakan suatu terbitan yang ditujukan untuk public internal (karyawan dan keluarga kryawan) berisi tentang beberapa informasi perusahaa, sifatnya top down maupun bottom up, tujuannya untuk menciptakan kondisi yang well informed dan membina loyalitas antara karyawan dengan perusahaan.
Selain sebagai media antarkayawan, terbitan ing-griya diharapkan sampai pula pada keluarga karyawan. Hal ini bertujuan mendekatkan perusahaan  dengan keluarga karyawan. Bagi karyawan sendiri, pengetahuan keluarganya terhadap apa-apa yang menjdi lingkungan dan peristiwa kerjanya sangat penting agar tidak timbul kecurigaan anatar mereka.

d.      Fotografi
Kekuatan gambar (foto) melebihi kata-kata. Foto selalu member dampak otentik. Meskipun foto dapat direkayasa, seperti halnya statistic, orang biasanya mudah menerima bukti berupa foto dari pada kata-kata.
Dalam humas, foto sangat diperlukan sebagai bahan publikasi, laporan, berita, iklan, maupun untuk kepentingan arsip/dokumentasi. Oleh karena itu, humas harus dapat mengusahakan foto yang baik, yakni yang menarik dan menyolok, terjaga kebaruannya, diambil pada saat yang tepat,”berbicara” atau mengkomunikasikan sesuatu. Foto-foto ini diambil oleh fotografer yang professional dengan sutradara seorang humas yang terlatih.
Bahwa humas harus tetap mengambil kemudi dalam hal pengambilan dan penyimpanan foto ini tentu ada alasannya. Karena bagaimanapun, foto yang digunakan untuk keperluan publikasi maupun yang lain mestinya tidak boleh bertentangan dengan terjaganya image perusahaaaaan. Suatu tokoh, bila tuajuan pengambilan foto untuk mengkomunikasikan tentang efisiensi perusahaan, maka humas harus memperhatikan apakah hasil foto itu nanti justru bertentangan dengan tujuannya.

e.       Film
Film bagi humas merupakan media komunikasi, intruksi, riset, dan sebagainya. Melalui film humas dapat menyampaikan pesan-pesannya. Tidak hanya film documenter, film ceritapun merupakan media yang efektif .
Dewasa ini melalui media televise, film-film profesi bermunculan dan membawa misi mengangkat citra profesi tertentu. Semuanya mengajak masyarakat untuk memaklumi kelemahan-kelemahan profesionalnya, menghargai kejujuran, dan bertepuk tangan atas pengorbanannya. Artinya kembali tujuan film-film itu adalah membentuk image yang positif.
f.       Pers
Media massa yang memilki sifat serempak, dapat menjangkau khalayak luas dan periodic menjadi perhatian yang “agak berlebihan” bagi praktik humas. Banyak perusahaan yang khusus  memmbentuk bagian humas atau mengangkat petugas humas untuk keperluan hubungan dengan media massa ini.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan humas dalam hubungan ini adalah jumpa pers, press tour, press clipping. Ada banyak keuntungan melakukan kegiatan berhubungan dengan pers. Tidak hanya memperoleh publisitas bila termuat dimedia mereka, melainkan humas juga dapat memposisikan pers sebagai sumber informasi dan evaluasi. Sebuah media menyimpan banyak informasi/data yang dapat dijadikan rujukan untuk penulisan humas/program humas, seorang wartawan biasanya adalah orang yang serba tahu dan well informed, mereka merupakan informan yang sangat bermanfaat bagi humas, seorang redaktur adalah analyst dan evaluator, mereka dapat menjadi konsultan yang ramah dan cermat. Oleh karena itu, menjauhi pers menurut hemat penulis adalah tindakan yang keliru.








BAB  4
MACAM-MACAM HUMAS
Pembahasan
Perkembangan bidang dan ilmu kehumasan semakin tahun semakin baik. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak permasalahan manajemen yang terselesaikan dengan pendekatan kehumasan. Pendekatan kehumasan telah memasuki bermacam-macam sector sosial, bisnis dan industry, pendidikan, kesehatan, politik, pemerintahan, telah menggunakan humas sebagai bagian dari manajemen mereka. Penerapan dalam sector-sektor tersebut, dapat dianalogikan dengan munculnya bermacam-macam humas.

1.      Humas Pemerintahan
              Humas pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis. Bagian humas di institusi pemerintahan dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-kebijakan mereka. Member informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-rencana, serta hasil-hasil kerja institusi serta member pengertian kepada masyarakat tentang peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatunya yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Selain keluar, humas pemerintahan dan politik juga harus memungkinkan untuk member masukan dan saran bagi para pejabat tentang segala informasi yang diperlukan dan reaksi atau kemungkinan reaksi masyarakat akan kebijakan institusi, baik yang sedang dilaksanakan, akan dilaksanakan, ataupun yang sedang diusulkan.
              Tugas pemerintah memang sangat berat, sebab masyarakat yang dihadapi terdiri dari berbagai public dengan kepentingan yang sangat kompleks pula. Hal ini memang tidak lepas dari “karakteristik” yang melekat pada setiap program/kegiatan pemerintah antara lain:

a.       Program pemerintahan ditujukan untuk masyarakat luas. Dengan berbagai latar belakang, karakter, ekonomi, pendidikan yang beragam.
b.      Seringkali hasilnya abstrak, yang sulit dilihat dalam waktu dekat, bahkan dalam jangka yang panjang sekalipun, karena sifatnya yang integral dan berkesinambungan. Melibatkan generasi ke generasi, bahkan program pemerintah cenderung dibayar dengan “harga sosial” yang tinggi. Program-program pemerintah sering kali tidak dapat menghindari perlunya “pengorbanan” sosial(masyarakat). Di sinilah perlunya pendekatan khusus untuk melibatkan partisipasi dan emansipasi masyarakat.
c.       Program pemerintah selalu mendapat controlling/pengawasan dari berbagai kalangan, terutama pers, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya. Mereka sangat berperan dalam proses penyadaran masyarakat mengenai permasalahan-permasalahan mereka sebagai warga masyarakat.
            Karakteristik itulah yang dapat dijadikan latar belakang mengapa humas pemerintahan perlu diterapkan dan dikembangkan secara professional. Namun, tugas yang berat tersebut ternyata masih ditambah dengan hambatan-hambatan penerapan humas yang ideal di pemerintahan. Undang-undang dan peraturan organisasi, seringkali menghambat fungsi humas. Masalah dana, tumpang tindihnya job description, penyalahgunaan para pejabat terhadap humas demi publisitas pribadi dan untuk melindungi “ketidak jujuran” dan program-program yang tidak perlu merupakan hal-hal yang memburuk citra humas pemerintahan. Kasus di Indonesia misalnya, humas pemerintahan cenderung mendapat image yang negatif. Awam menilai bahwa humas pemerintah identik dengan ketidak profesionalan, bagian buangan, dan sebagainya.
           Dengan demikian, ada dua sisi yang melatar belakangi perkembangan humas pemerintahan. Pertama adalah sisi pentingnya humas bagi pemerintahan. Kedua adalah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh humas pemerintahan.




2.        Humas Industry Dan Bisnis
            Humas industry dan bisnis telah diterima oleh perusahaan-perusahaan besar. Humas disana merupakan fungsi manajemen yang turut menentukan suksesnya operasi suatu perusahaan . Humas industry tidak dapat dilepaskan dari prinsip ekonomi. Sebab industry dan bisnis memiliki orientasi pada keuntungan. Dengan demikian, humas industry hendaknya memilki suatu daftar prioritas, sehingga sumber daya yang tersedia dapat dipergunakan seefisian mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
           Humas dalam industry dan bisnis berkembang seiring dengan peran masyarakat terhadap keputusan-keputusan yang dibuat oleh manajemen utama di dalam industry dan bisnis. Kemudian kemajuan teknologi komunikasi yang memungkinkan arus dan laju informasi yang cepat dan tidak dapat ditunda, sehingga menimbulkan kewaspadaan berbagai kalangan, serta meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan pembaruan di bidang ekologi, sumber energy, tersedianya sumber daya alam dan tanah.
           Kesadaran masyarakat tentang pengaruh keputusan industry dan bisnis terhadap hal-hal di atas dan masyarakat sebagai sasaran market industry dan bisnis di sisi lain, menimbulkan kesadaran kalangan industry dan bisnis untuk ikut memperhatikan dan melibatkan peranan masyarakat terhadap keputusan mereka.
           Bila dirinci lebih jauh lagi, beberapa hal yang berpengaruh terhadap kehidupan dan operasional industry dan perdagangan adalah sebagai berikut :
1.      Persamaan hak dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan bagi masyarakat, memunculkan undang-undang dan peraturan pemerintah yang menjadi pedoman untuk mencari dan memberi kesempatan pada golongan-golongan tertentu, misalnya golongan wanita, minoritas, dan anak-anak usia tertentu.
2.      Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pekerja. Peraturan-peraturan dan hokum yang tidak merugukan pekerja dan liputan pers tentang pelanggaran-pelanggaran, sangat mempengaruhi program-program perusahaan untuk para karyawannya.
3.      Perlindungan terhadap investor . perlindungan terhadap investor melalui peraturan wajib lapor, merupakan sisi positif yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menahan investor, mempengaruhi calon investor potensial.
4.      Control kualitas dan keamanan atas produk-produk dan pelayanan dengan keuntungan yang memadai. Perlindungan konsumen dewasa ini sungguh ketat. Keputusan-keputusan pengadilan dan lembaga-lembaga perintah berkaitan dengan ini, menjadikan kalangan industry dan bisnis lebih berhati-hati dalam menguji poruksi-produksinya, dan meyakinkan masyarakat atas pembenaran keuntungan dihubungkan dengan kegunaan produk dan teknologi yang digunakannya.
5.      Integritas manajemen. Meningkatkan perhatian masyarakat terhadap perilaku bisnis perusahaan-perusahaan industry, terutama interaksi mereka dengan pemerintah dan struktur polotik, serta komunitas menjadikan perusahaan berhati-hati memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan KKN.
6.      Pertahanan nasional, konservasi dan perlindungan sumber alam, serta perlindungan lingkungan adalah hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap dunia industry. Perlindungan kualitas hidup, batasan-batasan pada penanaman modal asing, dan penggunaan sumber daya alam, melahirkan kebijakan-kebijakan khusus dalam dunia industry yang tidak dapat diabaikan.
7.      Hak asasi manusia. Pelanggaran hak asasi manusia merupakan alasan yang sering digunakan untuk menjatuhkan sebuah bisnis, menurunkan nilai investasi bahkan pembatasan investor yang sangat menopang kehidupan industry dan bisnis.
8.      Hak untuk mendapatkan keterangan/informasi. Meningkatkan arus informasi yang cepat mengakibatkan makin luasnya kesepakatan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, terutama mengenai keputusan-keputusan atau tindakan yang akan membawa dampak atau mempengaruhi masyarakat.

           Latar belakang diatas turut pula mempengaruhi ber-kembangnya humas industry dan bisnis. Beberapa penerapan humas dalam industry dan  bisnis meliputi : hubungan dengan pelanggan dan peran humas terhadap maketing yang pada akhirnya melahirkan terapan marketing PR, hubungan dengan pemenang saham, hubungan dengan karyawan, hubungan dengan pers dan lain sebagainya.


3.      Humas Sosial
      Banyak aktivitas humas  yang menyangkut kesejahtaraan umum terpisah dari implikasi-implikasi komersial biasa.
      Dalam sesi ini akan digambarkan secara singkat bagaimana praktik humas dalam organisasi-organisasi sosial, latar belakang, dan penerapan-penerapannya.

a.      Humas penegak hukum
                  Termasuk dalam hal ini humas yang berada dalam kepolisian.karena kepolisian telah menjadi perhatian masyarakat dalam hubungannya terhadap kelompok minoritas, hak warga Negara, penyalah gunaan obat bius, kejahatan yang menimpa masyarakat, dan sebagainya. Sebagai hasilnya banyak golongan penegak hokum merasa perlu untuk membentuk grup-grup penasihat warga Negara dan merangkap sebagai pejabat humas untuk bekerja sama dengan mereka dan para media massa. Singkatnya, para penegak hukum perlu mendengarkan dan tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka dapat membantu masyarakat dengan baik.
b.      Humas organisasi keagamaan

            Organisasi-organisasi keagamaan sekarang mulai menyadari pentingnya media massa untuk mencapai para jamaah dan mempropagandakan doktri-doktrin mereka. Organisasi-organisasi ini sekarang banyak memilki staf humas yang mengurusi publikasi, publisitas, penerangan, pengumpulan dana dan penyelenggaraan special event. Bahkan mengikuti kemajuan teknologi komunikasi, tidak jarang organisasi keagamaanpun mulai memikirkan untuk membentuk jaringan broadcasting serta produksi audio visual untuk menyebarkan ajaran-ajarannya.



c.       Humas sebagai profesi

            Profesi kedokteran, profesi pengacara, profesi wartawan, profesi artis dan sebagainya juga tidak kalah dalam menggunakan pendekatan humas untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Maksud utama dari penerapan humas profesi adalah untuk mendapat pengakuan akan keprofesionalan dan publikasi tentang apa yang telah mereka lakukan bagi kepentingan masyarakat banyak.
            Kampanye-kampanye kesehatan, sadar hokum, pengumpulan dana, publikasi perkembangan teknologi kedokteran dan terobosan-terobosan baru hasil penelitian dan sebagainya adalah contoh penerapan humas profesi ini

d.      Humas organisasi sukarela

            Sam Black (1988) menyebutkan bahwa aktivitas suatu organisasi sukarela yang besar apapun macamnya adalah suatu praktik humas yang kontinu karena sebagian besar dari para pekerja, baik di pusat maupun dicabang-cabangnya yang tersebar, tidak di bayar. Namun, dana selalu diperlukan untuk memelihara semangat yang tinggi dengan tetap menarik simpati mereka terhadap tujuan organisasi dan dengan memelihara kepercayaan mereka terhadap kebijakan dan efisiensi organisasi.
            Citra organisasi sukarela sangat penting bagi kesuksesan baik dalam menarik dana bantuan ataupun menjamin kerja sama dari para pekerja suka rela. Perlu sekali menunjukkan secara gambling bahwa organisasi melaksanakan suatu fungsi yang memang belum atau tidak dijalankan oleh pemerintah atau badan-badan lainnya.
            Disitulah pelunya organisasi suka rela memerlukan nasihat ahli humas dan menggunakan pendekatan kehumasan. Meskipun akan ada penasihat humas, organisasi suka rela perlu menyiapkan diri untuk menunjuk petugas humas atau membentuk divisi humas. Divisi humas ini nantinya akan merancang suatu program humas yang progresif, termasuk di dalamnya mengadakan hubungan dengan pers. Program humas organisasi hendaknya juga dilaksanakan secara menyeluruh ke semua cabang-cabangnya.

4.      Humas Organisasi Internasional

            Lahirnya humas internasional disebabkan oleh adanya perubahan sangat cepat di dalam segala bidang, misalnya perkembangan perkembangan bidang pariwisata, bidang komunikasi, transportasi dan sebagainya.
            Semua itu memungkinkan terjadinya kontak atau hubungan antar Negara. Dengan demikian untuk memelihara hubungan yang baik antara satu Negara dengan Negara lain humas memegang peranan penting. Beberapa pertanyaan penting untuk dicari jawabannya oleh aktivitas humas adalah sebagai berikut :
a.       Hubungan apa yang terdapat atau telah dicapai antara Negara-negara itu? Apakah hubungan dagang, kebudayaan, politik, dan sebagainya?
b.       Apa pentingnya hubungan itu?
c.       Bagaimana pendapat umum tentang masing-masing Negara yang berhubungan?
d.      Apa sebabnya terdapat pendapat umum tersebut?
e.       Kemungkinan apa saja yang dapat timbul dari adanya hubungan tersebut?
            Suatu contoh penerapan humas internasional selain hubungan anatarnegara adalah adanya konferensi-konferensi tingkat dunia yang dihadiri oleh banyak Negara. Begitu pula dengan terbentuknya organisasi-organisasi dunia, seperti PBB. Aktivitas PBB memang diutamakan untuk hal-hal yang bersifat politik. Oleh karena itu memerlukan dukungan dari masyarakat yang berbeda budaya, agama, dan kepercayaan politiknya.
            BAB 5
FENOMENA HUMAS
A.    PEMBAHASAN
Organisasi dapat dibedakan berdasarkan orientasinya, adalah organisasi profit dan non-profit atau komersial dan non-komersial. Dilihat dari bidang usahanya ada organisasi jasa dan manufaktur. Berikut ini adalah contoh-contoh penerapan humas di berbagai macam organisasi :
1.      Kisah di Balik Sukses Jurassic Park
Film Jurassic Park mengambil objek tentang dinosaurus telah memecahkan rekor penjualan adalah salah satu kasus bagaimana strategi humas digunakan dalam menunjang pemasaran produksi film tersebut. Topik tulisannya meliputi cara pembuatan dinosaurus dikontrol secara elektronik , pemanfaatan teknis grafis komputer untuk menciptakan binatang-binatang dinosaurus tersebut. Semua itu menimbulkan demam dinosaurus dan rasa penasaran terhadap tampilan film Jurassic Park. Keberhasilan film Jurassic Park sangat terbangun dengan adanya publikasi ( prees release dan feature stories) yang sukses.
2.      Kisah Persebaya
Ketika H. Agil Ali diserahi untuk mengelola Persebaya, maka upaya-upaya humas mulai dilancarkan dalam memperbaiki hubungan bilateral antara PSM Ujung Pandang dan Persebaya. Pertama dengan cara mempelajari karakteristik masyarakat ujung pandang. Kedua, belajar psikologi warna di pulau Bali, yang berkaitan dengan warna kostum Perasebaya. Dengan didahului dengan release-release yang membangun citra positif Persebaya di kalangan masyarakat.
3.      Kisah MacDonald
Suatu ketika di Amerika Serikat beredar rumor bahwa McD ternyata terbuat dari daging cacing, akibatnya terjadi penurunan penjualan McD. Humas merespon krisis tersebut dengan serangkaian kampanye kuhumasan. Langkah pertama, humas adalah menulis beberapa release dan artikel di beberapa surat kabar tentang profil McD. Penekanan topik berita/artikel adalah reputasi McD yang dibangun mulai dari awal dengan sungguh-sungguh dalam bidang kesehatan. Kemudian muncullah topik-topik seputar cacing yang ternyata memiliki kadar protein yang tinggi dan berkhasiat sebagai obat.



4.      Kisah Lemak Babi Dancow
Nestle-Susu Dancow menyewa sebuah konsultas PR untuk menghadapi krisis masalh bahwa Dancow menggunakan lemak babi. Permata yang dilakukan adalah mengklasifikasikan untuk memastikan bahwa produk Dancow benar-benar tidak menggunakan atau mengandung lemak babi. Maka dibuatlah suatu program release dan artikel tentang bahan susu Dancow yang diambil dari peternak sapi di daerah Pasuruan dan Pujon-Batu-Malang. Akhirnya muncullah sejumlah pernytaan, himbauan dan pembuktian oleh semua tokoh masyarakat akan halalnya Dancow.
5.      Kisah Arianespace
Pada awal tahun 1990 Indonesia membuka tender peluncuran satelit Palapa dengan kontrak bernilai miliaran dolar AS. Salah satu konsultan Arianespace adalah perusahaan konsultan humas Indonesia menceritakan strategi PR sebagai berikut :
·         Dengan melakukan analisis SWOT diketahui beberapa kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman Arinesspace.
·         Dengan kekuatan dan peluang tersebut di atas, akhirnya Arienespase melancarkan serangkaian strategi dan kampanye PR untuk memenangkan tender. Pertama, membangun pengetahuan masyarakat akan adanya perusahaan berikut kelebihannya. Kemudian bekerja sama dengan televisi dalam mengembangkan kamerawannya untuk pengambilan gambar.
Begitulah serangkaian publikasi dan upaya membangun kepercayaan yang dilakukan oleh Arianespase.
6.      Kisah Hallmark
Hallmark adalah perusahaan dan distributor katu terkenal di Amerika, yang berada di di Kansas City. Pada tahun 1950-an Kansas City dilanda banjir, dan Hallmark merasakn kondisi yang sangat buruk akibat banjir in i karena banyak orang tidak mau datang ke Kansas City. Hallmark tidak hanya menjual sentimen, melainkan juga juga mengamalkan nya. Suatu reputasi yang sangat menguntungkan dalam bisnis kartu romantis. Sumber-sumber berita memiliki kredibilitas yang tidak diragukan di kalangan pers.





BAB 6
PROFIL HUMAS

1.      HUMAS YANG MELEMBAGA / IN-HOUSE PR
Pada dasarnya membahas profil humas dalam suatu perusahaan, tidak beda jauh dengan pembahasan tentang pengorganisasian humas dalam perusahaan tersebut. Suatu bagian humas dibentuk sebenarnya tidak lepas dari persepsi dan kemauan pimpinan lembaga tentang bidang humas. Sebagai contoh, sebagian besar karyawan memandang perusahaan sudah memerlukan bagian humas, tapi bila pimpinan tidak menghendaki besar kemungkinan bagian itu ditiadakan.
Humas yang melembaga lebih dikenal dengan istilah bagian/departemen/divisi humas/ PR. Dalam bentuk ini terdapat dua sistem, yakni sistem sentralisai dan desentralisasi. Sistem mana yang akan diterapkan tergantung dari beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
1)      Besar kecilnya perusahaan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyediakan dana bagi humas, kompleksitas permasalahan yang dihadapinya.
2)      Struktur organisasi perusahaan.
3)      Arti penting PR bagi manajemen
4)      Karekteristik khas kehumasan masing-masing lembaga.

A.    Sistem Sentralisasi
Sistem ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang tidak besar. Dimana aktivitas PR diorganisasikan secara terpusat atau oleh pusat. Posisi praktisi PR biasnya berada di bawah bagian yang lain dan berada di tingkat lower-midle management.  Peranan PRO dalam sistem ini cenderung pada peranan sebagai teknisi komunikasi.
B.     Sistem Desentralisasi
Sistem desentralisasi biasanya diterapkan pada perusahaan yang besar, dam manajement mengrti betul akan pentingnya PR sebagai suatu pendekatan manajemen. Posisi PR dalam sistem ini adalah pada tingkat top- level, yang berfungsi sebagai penasihat manajemen, pengambil keputusan komunikasi dan sebagai jembatan anatara publik dengan perusahaan dapat terwujud.

2.      HUMAS AGENCY/ EKSTERN PR
Exstern PR adalah sebuah lembaga/ perusahaan independen yang berbadan hukum dan bergerak dalam layanan di bidang humas. PR ekstern meliputi
1)      PR FULL SERVIS, merupakan sebuah perusahaan tersendiri yang bergerak dalam bidang pelayanan kehumasan, meliputi kegiatan konseling dan sekaligus pelaksana konsultasi dan pelayanan kepada klien. Contoh dari pelayanan yang diberikan antara lain :
a.       Pemulihan citra/ manajemen krisis
b.      Pembentukan citra
c.       Media relation
d.      Komunikasi perusahan
2)      PR CONSULTANT , perusahaan PR yang bergerak dalam layanan konsultasi kehumasan. Pada hal ini ada yang berbentuk perusahaan dengan pimpinan dan beberapa staf ahli, namun ada konsultan perseorangan dalam arti dia bekerja sendiri tanpa adanya staf yang lain.

3)      Event Organizer , perusahan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah event atau kegiatan yang berhubungan dengan publik. Perusahaan ini cenderung spesialis, misalnya : launcing product, pameran, seminar, press conference dan sebagainya.

3.      PROFIL PETUGAS HUMAS
Memang tidak mudah mencermati atau menggambarkan petugas humas, namun menurut buku M. Linggar Anggoro, ada enam kriteria kualitas seorang humas yang baik, antara lain :
1)      Mampu mengahadapi semua oarang yang memiliki aneka ragam karakter dengan baik.
2)      Mampu berkomunikasi dengan baik, yakni menjelaskan segala sesuatu dengan jelas, baik secar lisan maupun tertulis atau bahkan visual.
3)      Pandai mengorganisir segala sesuatu, termasuk dalam hal perencanan prima.
4)      Memiliki integritas personal, baik dalam profesi maupun kehidupan pribadinya.
5)      Mempunyai imajinasi
6)      Serba tahu, dalam hal ini adalah akses informasi yang seluas-luasnya.
Dalam in-house PR dan ekstern PR, skill sebagai konseptor program PR kreatif akan berkaitan dengan kemampuan manajemen, ide kretif dan kepekaaan. Kemampuan menulis tidak hanya dimaksudkan menulis essay dan menulis berita, melainkan juga progress report dan sebagainya. Sedangkan kemampuan komunikasi lisan diperlukan dalam rangka berhubungan atau berinteraksi dengan para kolega atau publik.


BAB 7
ORGANISASI PROFESI HUMAS
1.      PERHUMASAN
Pada tanggal 15 Desember 1972 para praktisi humas di Indonesia mendirikan Perhumasan adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan perkembangan dan keterampilan profesi hubungan masyarakat di Indonesia.
b.      Memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai hubungan masyarakat.
c.       Meningkatkan kontak dan pertukaran pengalaman di antara para anggotanya
d.      Menyelenggrakan hubungan dengan organisasi-organisasi serumpun dengan bidang masyarakat, di dalam maupun di luar negeri.
Kiprah Perhumasan di IPRA, pada tahun 1995 Indonesia melalui Perhumasan dipercaya sebagai tuan rumah konferensi IPRA. Perhumasan telah beranggotakan ribuan orang yang terdiri dari anggota kehormatan, anggota biasa, anggota peserta dan anggota siswa. Sementara itu Perhumasan juga menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi untuk bersama-sama mengembangkan pendidikan publik relation.
2.      APPRI
APPRI ( Asosiasi Perusahaan Public Relation) didirikan pada 10 April 1987 di Jakarta yang bersifat independen. Tujuan dari APPRI adalah sebagai berikut :
a.       Menghimpun, membina, dan mengarahkan potensi perusahaan public relation nasional, agar secara aktif, positif, dan kreatif turut serta dalam mewujudkan masyarakat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
b.      Mewujudkan fungsi publik relation yang sehat, jujur, dan betanggung jawab sesuai dengan kode etik dan kode praktik.
c.       Mengembangkan dan memajukan kepentingan asosiasi dengan memberikan kesempatan para anggota untuk konsultasi dan kerja sama serta memberikan saran bagi pemerintah.
d.      Memberiakan informasi kepada klien bahwa anggota APPRI memenuhi syarat untuk memberikan nasehat dalam bidang public relation.
e.       Merupakan sarana untuk para anggotanya dalam soal-soal kepentingan usaha dan profesi, dan menjadi forum koordinasi praktik public relation.
f.       Merupakan medium bagi masyarakat umum untuk mengetahui mengenai pengalaman dan kualifikasi para anggotanya.
g.      Membantu mengembangkan kepercayaan umum atas jasa public relation.

APPRI juga telah menetapkan kode etik profesi dan memberlakukan pada anggotanya. Sampai sejauh ini anggota APPRI telah berkiprah di tingkat internasional. Adanya asosiasi atau organisasi humas yang lebih menurut penulis sangat baik, karena masyarakat dapat lebih mengetahui perbedaan penerapan humas di masing-masing jenis bisnis.
Dengan dua organisasi profesi dan profesional, yakni Perhumasan dan APPRI, profesi PR dapat lebih dikukuhkan. Hal yang mungkin perlu didiskusikan adalah apakah perlu adanya pengontrolan yang lebih ketat terhadap perekrutan anggota, pengawasan anggota dalam menjunjung kode etik dan praktik humas di Indonesia.
3.      ORGANISASI PROFESI HUMAS DI LUAR NEGERI
Secara garis besar organisasi humas bertujuan secara terus-menerus mengembangkan profesi PR, meningkatkan keahlian para praktisi PR melalui berbagai kegiatan-kegiatan pertemuan, beberapa riset, penerbitan, dan pengembangan pendidikan. Berikut ini beberapa profil humas dari Amerika, Inggris, Jerman, Belanda, Spanyol, dan Swiss menurut Black (1992) :

1)      PRSA (Public Relation Sociaty Of America), memeliki tujuan sebagai berikut:
a.       Untuk menyatukan mereka yang melakukan kegiatan di bidang humas
b.      Untuk mempertimbangkan segala masalah yang dihadapi bidang kehumasan.
c.       Untuk memajukan dan berusaha mempertahankan standart yang tinggi pelayanan umum tingkah laku.
d.      Untuk bertukar pikiran dan pengalaman , dan untuk menghimpun dan menyebarkan informasi yang bernilai kepada para petugas humas dan masyarakat.
e.       Untuk memberikan, menghibahkan, dan mensponsori pemberian beasiswa dan hadiah pada lembaga pendidikan yang diakui bagi pengkajian dan riset di bidang humas.
2)      IPR ( Institute Public Relation Of British ), tujuan dari IPR adalah :
a.       Untuk memajukan perkembangan humas demi kepentingan praktik tersebut di berbagai bidang dan demi kepentingan semua praktisi dan semua pihak yang berkaitan dengan humas.
b.      Untuk mendorong dan memupuk ketaatan pada standart profesi yang tinggi bagi para anggotanya untuk menetapkan serta merumuskan standart-standart semacam itu.
c.       Untuk mengatur pertemuan mengenai masalah yang menjadi kepentingan bersama dan secara umum untuk bertindak sebagai wadah bagi pertukaran gagaasn mengenai praktek kehumasan.
Seperti halnya PRSA, IPR juga menerima anggota mahasiswa, yakini mereka yang mengikuti kursus pendidikan atau latihan yang dikelola dan diakui oleh PR. IPR menerbitkan sebuah laporan berkala bulanan, berbagai laporan, dan monografi atas aspek-aspek tertentu tentang praktik humas.
3)      Netherlands Society of Public Relation
Beberapa tokoh pers di Belanda merintis suatu perhimpunan profesi humas pada tahun 1952 dengan nama Netherlannds Society Of Public Relation dan pada 1979 diganti menjadi Vereniging Voor Public Relation En Voorlichting.
Keanggotannya terbuka bagi semua orang yang bekerja di bidang humas dan penerangan yang memiliki nama baik dan berkewarganegaraan Belanda. Anggota harus menaati disiplin NGPR dan pelanggaran akan dikenakan sanksi oleh suatu panitia disiplin.

4.      ORGANISASI PROFESI HUMAS INTERNASIONAL
Organisasi humas di tingkat internasional terbentuk pada Mei 1955 dalam suatu pertemuan di Stratford-Upon-Avon, dengan tujuan sebagai berikut :
a.       Menyediakan jalur bagi pertukaran gagasan dan pengalaman profesional antara mereka yang berurusan dalam kegiatan kehumasan.
b.      Mengadakan suatu rotasi apabila anggotanya setiap saat memerlukan pemberitahuan dan bimbingan
c.       Membantu mencapai seluruh kualitas tertinggi tentang praktik kehumasan umumnya di seluruh negara dan terutama di bidang internasional.
d.      Meningkatkan praktik kehumasan di semua bidang kegiatan di dunia dan memajukan nilai-nilai serta tujuannya.
e.       Meninjau dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang mempengaruhi praktik kehumasan.
f.       Menerbitkan berbagai buletin, majalah atau terbitan-terbitan lainnya.
g.      Mengerjakan berbagai kegiatan lain yang mungkin dapat menguntungkan para anggotanya.
Keanggotaan IPRA terbuka bagi semua orang yang bertanggung jawab penuh bagi rencana dan pelaksanaan suatu bagian penting dan berkaitan dengam semua kegiatan dari suatu badan hukum, organisasi yang membina hubungan baik dan produktif dengan publik. Tahun 1999 IPRA juga memberi penghargaan kepada program kehumasan dari suatu organisasi di mana PR baru berkembang, nama penghargaannya adalah  Front Line 21.






BAB 8
TOKOH DAN PERISTIWA PENTING
A.    PEMBAHASAN
Sejak jaman Yunani kuno dan kekaisaran Romawi, aktivitas-aktivitas yang mirip pada masa itu telah menjadi bagian penting intergal dari pemerintah. Tahun 1807 ketika presiden Amerika sedang mengarang pidatonya yang ke tujuh bagi kongres, saat itulah pemakaian istilah humas yang pertama. Ia mencoret kata stste of thougt dan diganti dengan public relation.
Pada tahun 1903 seorang tokoh Amerika yang dikenal sebagai “Good Father Of PR” untuk mempraktikkan kehumasan, Ivy L.Lee meninggalkan pekerjaan sebagai reporter dan memulai pekerjaannya sebagai agen pers. Kegiatan kehumasan juga telah dilakukan oleh komisi asuransi di Inggris pada tahun 1911 atas instriksi Llyod George untuk menjelaskan undang-undang asuransi nasional. Presidan Wilson memebentuk panitia penerangan masyarakat sebagai tanggapan atas usulan seorang wartawan sahabat Goerge Creel.
Pemikiran-pemikiran Edward L. Bernays banyak mendapat perhatian praktisi humas dunia. Beliau yang mengatakan bahwa public relation bukan semata-mata ilmu komunikasi, melainkan adalah terapan ilmu sosial yang sangat luas. Beliau pula yang mengemukakan gagasan perlunya standart kualifikasi yang berlaku secara menyeluruh bagi profesi humas. Bernays menciptakan istilah “penasihat humas” dan bukunya Crystallizing Public Opinion humas.
Diantara kedua perang dunia, terjadi perkembangan pesat aktivitas humas di setiap bidang kehidupan Amerika Serikat. Tanda-tanda akan pecahnya Perang Dunia II mempercepat tedensi tersebut dan sekali lagi Pemerintah Amerika merintis jalan dengan membentuk kantor informasi perang di bawah pimpinan Elmer Davis. Sam Black dalam bukunya mengatakan banyak para praktisi yang kini terkenal, mendapat pengelamananya pada prorgam ilmu humas raksasa ini, sehingga usaha-usaha yang pernah dilakukan Panitia Creel tampak hampir tak berarti.
Dengan pecahnya Perang Dunia pada 1939, Inggris dibentuk kementerian penerangan. Pada saat bersamaan juga dibentuk unit-unit humas di semua cabang angkatan bersenjata. Ketiaka Perang dunia berakhir diputuskan untuk mengganti kementrrian penerangan dengan suatu lembaga non kementerian yaitu Kantor Pusat Penerangan.

B.     HUMAS di Dunia Ketiga
Dokumen sejarah humas di dunia ketiga memang tidak selengkap dan sebaik yang dilakukan oleh negara-negara Eropa dan Amerika .Budaya penelitian di dunia ketiga sangat tertinggal jauh dibanding dengan negara Eropa.Atifitas humas yang didekati dengan unsur komunikasi memerlukan syarat tersedianya komunikator dan komunikan yang cerdas, media yang memadai, sistem yang demokratis,sarana dan prasarana yang mendukung.
Bila kita mengikuti dokumen sejarah humas Eropa dan Amerika yang disampaikan dalam buku-bukun public relatioan, penulis sangat setuju sejarah humas di Indonesia sebaiaknya dimulai dari terbentuknya negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa pemerintahan Soekarno, banyak sekali upaya-upaya kehumasan yang telah dilakukan oleh Soekarno. Proyek-proyek yang dulu dikenal dengan proyek “mercusuar” sebenarnya adalah usaha untuk membentuk image Indonesia sebagai negara yang besar, mandiri, dan berselera.
Kepeloporan pemerintah terhadap bidang humas, kemudian berkembang di sektor publik. Baik yang dilakukan oleh eksekutif, legislatif atau institusi peleksanaan pemerintahan yang lain. Pada 1960-an di Indonesia didirikan Jurusan Publisistik pada Fakultas Masyarakat Universitas Indonesia.
Presiden Soeharto juga dikenal sebagai presiden yang banyak memenfaatkan aktivitas humas. Bahkan beliau menyewa konsultan humas profesional dari negara maju. Baik untuk segala aktivitas prinadi maupun untuk kepentingan negara.

C.     KODE ETIK KEHUMASAN
Kode etik kehumasan Indonesia- Perhumasan :
1.      Dijiwai oleh Pancasila maupun UUD 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional.
2.      Diilhami oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai landasan tata kehidupan internasinal.
3.      Dilandasi Deklarasi ASEAN sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara
4.      Dipedomani oleh cita-cita, keinginan, dan tekad untuk mengamalkan sikap dan perilaku kehumasan secara profesional.
Pasal 1 Komitmen Pribadi
Anggota perhumasan harus :
a.       Memiliki dan menerapkan standart moral serta reputasi setinggi mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan.
b.      Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakat kepentingan Indonesia.
c.       Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga negara Indonesia yang serasi dan selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.


Pasal 2 Perilaku terhadap Klien atau Atasan
Anggota perhumasan harus :
a.       Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
b.      Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaingan tanpa persetujuan semua pihak yang terkait.
c.       Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan maupun yang pernah diberikan oleh mantan klien.
d.      Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan martabat klien.
e.       Dalam memberikan jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran, komisi atau imbalan dari pihak mana pun selain dari klien.
f.       Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan bahwa pembayaran harus didasarkan kepada hasil tertentu.
Pasal 3 Perilaku terhadap Masyarakat dan Media Massa
Anggota Perhumasan harus :
a.       Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatiakan kepentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat.
b.      Tidak melibatkan diri dalam tindak untuk memanipulasi integritas sarana maupun jalur komunikasi massa.
c.       Tidak menyebar luaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat menodai profesi kehumasan.
d.      Senantiasa membantu penyebarluasan informasi maupun pengumpulan pendapatan untuk kepentingan Indonesia.
Pasal 4 Perilaku terhadap Sejawat
Praktisi kehumasan Indonesian harus :
a.       Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak profesional sejawat. Namun bila ada sejawat yang bersalah melanggar kode etik kehumasan Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan Perhumasan.
b.      Tidak menawarkan diri atau mendesak klien untuk menggantiakn kedududkan sejawatnya.
c.       Membantu dan bekerja sama dengan para sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung tinggi dan mematuhi kode etik kehumasan Indonesia.

D.    KODE TINGKAH LAKU HUMAS
KODE TINGKAH LAU PROFESIONAL
INTERNASIONAL PUBLIC REALATIONS ASSOCIATION (IPRA)

Kode tingkah laku di bawah ini disetejui oleh IPRA pada sidang umumnya di Venesia pada Mei 1961 dan mengikat semua anggota perhim[unan tersebut.
A.    Tingkah Laku terhadap Klien dan Majikan
1.      Seorang anggota mempunyai kewajiban umum bersusun secara jujur trhadap klien atau majikan, dulu atau sekarang
2.      Seorang anggota hendaknya tidak mewakili kepentingan yang berlawanan atau bersaing tanpa izin mereka yang bersangkutan
3.      Seorang anggota hendaknya menjaga kepercayaan klien atau majikan baik dulu atau sekarang
4.      Seorang anggota hendaknya tidak mamakai metode yang cenderung menghina klien atau majikan anggota lainnya.
5.      Dalam kegiatan pelayanan bagi klien atau majikan seorang hendaknya tidak menerima bayaran, komisi atau barang apapun lainnya yang bertalian dengan pelayayanan ini dari seorang selain daripada klien atau majikan tanpa izin klien atau majikan tanpa izin klien atau majiakan, yang sudah diberikan setelah pengungungkapan fakta sepenuhnya.
6.      Seorang anggota hendaknya tidak mengusulkan kepada calon klien atau majikan bahwa bayaranya atau penggantian lain tergantung pada perstasi hasil-hasil tertentu, begitu juga hendaknya tidak mengadakan persetujuan pembayaran apapun dengan akibat yang sama.

B.     Tingkah Laku terhadap Media dan umum
1.      Seoarang anggota hendaknaya melakukan kegiatang-kegiatan profesionalnya sejalan dengan kepentingan umum dan dengan penuh hormat demi martabat pribadi.
2.      Seorang anggota hendaknya tidak melaukan kegiatan dalam paraktik apapaun yang cenderung merusak integritas saluran-saluran komunikasi umum.
3.      Seorang anggota hendaknya tidak menyebarkan dengaan sengaja informasi palsu atau menyesatkan

C.     Tingkah Laku terhadap Rekan
1.      Seorang anggora hendaknaya tidak dengan sengaja mencemarkan reputasi  profesional atau praktek anggota lainya, jika seorang anggota memiliki bukti bahwa anggota memiliki bukti bahwa anggota lain telah melakukan kesalahan yang tidak etis, ilegal atau praktek-praktek  tidak jujur yang melanggar kode ini, hendaknya ia menyerahkan informasi itu kepada Dewan IPRA.
2.      Seorang anggota hendaknya tidak mencari menggabnti anggota lainya dengan majikan atau klien.
3.      Seorang anggota hendaknya bekerja sama dengan para anggota lainya dalam menegakkan dan melaksanakan kode ini.